Letusan Gungung Merapi pada 26 Oktober 2010 rupanya memberkan pekerjaan kepada semua pihak yang bekerja di pos-pos pengamatan gunung di Indonesia. Setelah letusan gunung merapi yang telah menelan banyak korban dan salah satunya Mbah Maridjan selaku pengunngu gunung, rupanya delapan gunung dinyatakan dalam status waspada, diantaranya termasuk Papandayan dan
Anak Krakatau. Belakangan ini
Gunung Anak Krakatau mulai nampak aktivitas vulkaniknya sehingga banyak pengunjunga maupun warga atau nelayan dilarang didekati dalam radius tiga kilometer.
Memang banyak pihak yang mengakui kalau mayoritas
gunung berapi di Indonesia terpasak pada satu sabuk, mulai dari Aceh menuju Selat Sunda, menyusuri Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku hingga Sulawesi Utara. Jumlahnya 13 persen dari semua gunung berapi di Bumi. Seanndainya satu saja gunung menggeliat panas, yang lain pun akan ikut-ikutan sehingga semua gunung di ladang gunung berapi itu dapat meletus bersamaan atau berurutan.
Sebut saja gunung yang terkenal di Indonesia seperti Merapi, Kelud,
Semeru, Guntur, Krakatau dan "anaknya" termasuk grup gunugn agresif dari 35 gunung berapi aktif yang menjadi pasak Pulau Jawa. Jumlah itu setara dengan 27 persen dari 129
gunung berapi aktif di Indonesia. Dan gunung yang tidur (dormant) sekitar 50-an buah.
Indonesia yang dikenal sebagai negara gunung, Indonesia disabuki gunung berapi sepanjang 7.000 kilometer, melintang di pulau-pulau seperti disebut di atas. Akan tetapi, kaya gunung tak berarti akrab dengannya. Masih banyak aspek kegunungapian yang asing di telinga kita, kecuali bagi kalangan di Vulkanologi atau Geologi saja. Mendengar kata gunung berapi, yang terbayang ialah lahar, lava, debu, dan awan panas saat erupsinya. Sebagai contoh, erupsi Galunggung (1982-1983) telah merusak aktivitas ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan, tak hanya di daerah setempat tapi juga di daerah lainnya.
Berikutnya adalah letusan Gunung Agung di Bali (1963) dengan korban tewas 300-an orang. Sisa-sisanya dapat dilihat sekarang, di sela-sela kebun salak di sekujur Kabupaten Karangasem, terutama ke arah pura utama di Bali, yaitu Besakih. Konon pada waktu itu ada bintang Kukus (Kemukus) di Timur Pulau Bali dan warga lantas mengaitkannya dengan kasus besar yang bakal terjadi, yaitu G30S/PKI. Adapun korban erupsi Kelud tahun 1935 tak kurang dari 5.000-an orang. Yang paling menyejarah dan terkenal di seluruh dunia adalah letusan Gunung Krakatau (1883).
Selain letusan, bahayanya yang lain ialah gas beracun. Kawah Sinila tahun 1979 di Pegunungan Dieng menjadi contoh klasik. Minimal 150 orang meninggal tercekat pada bencana pagi itu akibat gas CO (karbon monoksida). Potensi bencananya juga terjadi karena akumulasi gas di atmosfer yang menyebabkan hujan asam dengan pH kurang dari 5,5 akibat larutnya gas belerang oksida (SOx), asam sulfida (H2S), karbon dioksida (CO2), dan nitrogen oksida (NOx) lalu menghasilkan asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3), dan asam karbonat (H2CO3). Dampaknya, pH tanah menjadi rendah, gangguan ekosistem, kerusakan bangunan & monumen serta iritasi kulit.
The Silent Killer lainnya ialah polusi air tanah dan air permukaan oleh logam-logam berat erupsian dan aktivitas kawahnya. Polutan jenis ini sering terjadi di Sungai Ciwidey dan Waduk Saguling di Jawa Barat yang airnya berasal dari Gunung Patuha dengan Kawah Putihnya juga Gunung Tangkuban Parahu di Bandung. Maka, yang patut diwaspadai ialah efeknya pada manusia kalau meminum airnya, memakan ikannya dan sayurmayur yang ditanam di dekat bencana itu karena kaya dioksin dan logam berat.