Selama ini, ikhtiar dan ibadah sering ditempatkan secara terpisah. Seolah-olah seperti oposisi. Saya ulangi, seolah-olah seperti oposisi. Padahal sesungguhnya tidak begitu. Karena di dalam ikhtiar terdapat ibadah. Demikian pula sebaliknya, di dalam ibadah juga terdapat ikhtiar. Dengan begitu, dapatlah dikatakan:
Ikhtiar itu adalah ibadah
Ibadah itu adalah ikhtiar
Misalnya begini. Anda bekerja dari pagi sampai sore. Bahkan sampai lembur. Jelas, itu ikhtiar. Namun, apakah itu juga ibadah? Ya iya, asalkan Anda meniatkan kerja itu untuk:
- menafkahi keluarga
- membahagiakan orangtua
- memberi manfaat kepada sesama
- menjalankan peran khalifah
- dan seumpamanya
Ketika Anda memiliki satu impian (kekayaan atau yang lain), lazimnya Anda akan memohon dan berdoa kepada-Nya. Lantas Anda pun ‘mengantar’ doa Anda dengan amal-amal kebaikan. Seumpama, sedekah, sholat dhuha, dan sholat tahajjud. Pertanyaannya, apakah sedekah, sholat dhuha, dan sholat tahajjud itu ibadah? Ya, jelas. Namun, apakah itu juga ikhtiar? Ya iya, itu juga ikhtiar. Tepatnya, ikhtiar dalam menjemput impian dan ikhtiar dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Bukankah Nabi juga melakukannya? Right?