Banyak yang bilang kalau adik-kakak sering tidak akur. Sepertinya hal itu juga terjadi pada Korea Utara (korut) dengan Korea Selatan (korsel) belakangan ini. Kedua negara tersebut dikabarkan telah saling serang dengan menggunakan bom roket
. Ah gak usah dipikirin, kan yang perang negara korea, lagian tempatnya kan jauh. Gak usah kawatir kalau roket mereka nyasar ke Indonesia
. Memang sih orang awan seperti saya gak ada gunanya mikirin urusan tetangga, tapi yang membuat saya senang adalah efek yang ditimbulkan dari perang saudra
Korut Vs Korsel yakni Kurs Rupiah Melemah
. Bukan berarti gak cinta tanah air, tapi dengan melemahnya kurs rupiah berarti rakyat Indoensia makin sejahtera.
Albertus Christian K, periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures mengatakan, potensi pelemahan rupiah hari ini salah satunya karena kekahawatiran geo politik di Asia. Menurutnya, para investor melihat risiko geopolitik Korea Utara-Korea Selatan setelah kemarin Korut membombardir salah satu kawasan perbatasan di Korea Selatan.
Albertus menandaskan, kelanjutan kekhawatiran itu juga masih terkait utang Eropa. Karena itu, rupiah masih akan mengalami tekanan. Sebab, dalam kondisi ini, terjadi pengalihan risiko atau risk aversion. "Rupiah akan bergerak dalam kisaran 8.920-8.980 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (23/11).
Menurutnya, pelaku pasar akan mendiversifikasi portofolio mereka ke saham safe haven atau aset-aset keras seperti pertambangan batubara. "Karena itu, dari sisi ini, bisa jadi beberapa emiten di sektor tambang akan menguat," imbuhnya.
Tapi, lanjut Albertus, untuk mata uang rupiah akan lebih banyak tekanan ke bawah daripada tekanan ke atas. Namun, kondisi hanya akan berlaku untuk jangka pendek. Sebab, untuk jangka panjang, rupiah masih cenderung menguat. "Sebab, kondisi fundamental perekonomian RI masih positif seperti inflasi dan GDP," tandasnya.
Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (23/11) ditutup melemah 42 poin (0,47%) jadi 8.970/8.975 per dolar AS